Lembaran Daun

"Katakanlah : 'Hai hamba-hamba Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang'." (Q.S. Az Zummar [39] : 53)

Sungguh indah ayat ini, Allah menyapa kita dengan panggilan yang bernada teguran, namun setelah itu tidak ada kalimat yang berbau murka. Justru Allah memperingatkan kita untuk tidak berputus asa dari rahmat-Nya. Allah pun menjanjikan untuk mengampuni dosa-dosa kita.

Rasulullah pernah bersabda, "Allah akan lebih senang lagi melihat hamba-Nya yang berlumuran dosa berjalan kembali menuju-Nya."


Ada banyak cara untuk kembali kepada Allah dengan mengukir amalan-amalan kecil dengan penuh ketulusan dan berkesinambungan. Seperti yang dilakukan oleh seorang nenek dalam sebagian kisah hidupnya.

Dahulu di sebuah kota di Madura, hidup seorang nenek tua penjual bunga Cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh dari kediamannya. Usai jualan, ia pergi ke mesjid Agung di kota itu. Lalu ia berwudhu, masuk masjid dan melaksanakan sholat Dzuhur.

Setelah membaca wirid sekadarnya, ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid. Selembar demi selembar di kaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan. Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara seperti itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat, keringat pun membasahi seluruh tubuhnya.

Banyak pengunjung masjid yang jatuh iba kepadanya. Pada suatu hari takmir masjid memutuskan untuk membersikan dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang. Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai sholat ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak satupun daun terserak di situ. Ia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan keras.

Ia lalu mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah disapukan sebelum kedetangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya. "Jika kalian kasihan kepadaku, berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya." Kata nenek itu sembari memohon. Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa.

Seorang kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu. Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat. Pertama, hanya kiai yang mendengarkan rahasianya. Kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup.

Kini beliau sudah meninggal. dan kita dapat mengetahui rahasia itu. "Saya ini perempuan bodoh, pak kiai." Tutur nenek itu. "Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhir nanti tanpa syafaat Kanjeng Nabi Muhammad. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan shalawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan shalawat kepadanya."

Wahai Tuhan yang Kasih Sayang-Nya lebih besar daripada Murka-NyaAmpunilah kami Ya Allah...

0 komentar:

Posting Komentar




 
Indonesia POLRI BNN STMIK Swadharma logo_sma_muga
kompas_muda Aqua kompas